Kisah Manulis Dikala Sakit

 

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahpada pada hari, Jumat, 18 Juni 2021 telah memasuki pertemuan ke-28 pada pelatihan menulis yang diselengarakan oleh Komunitas Sejuta Guru Ngeblog - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).  Narasumber hebat yang memberi materi kali ini adalah seorang Bapak Suharto, S.Ag., M.Pd, atau sering disapa dengan  Cing Ato /  Cang Ato. Kita bisa mengunjungi blog beliau di https://suharto69.blogspot.com/ dan https://suharto13.blogspot.com/

Pendidikan S-1 IAIN  Jakarta dan S-2 UNISMA Bekasi. Beliau adalah seorang guru Madrasah Tsanawiyah negeri (MTsN 5 Jakarta)  Kementrian Agama DKI Jakarta, bidang studi: Fikih ( Hukum Islam). Sedah banyak karya tulis solo yang beliau terbitkan antara lain Mengejar Azan (2018), GBS Menyerangku (2020), Menuju Pribadi Unggul (2020), Kisah inspiratif Seni Mendidik Diri (2021), Belajar Tak Bertepi (2021). Karya tulis yang lain adalah berupa buku antologi dengan judul Bukan Guru Biasa (2017) dan Kisah Guru Inspiratif (2020). 

Pada pertemuan kali ini beliau akan berbagi ilmu, kisah, dan pengalaman hidupnya dengan tema "Menulis Dikala Sakit"

Kisah Awal Menulis

Sudah lama beliau ingin menulis dan sudah berusaha membeli buku tentang tulis-menulis. Beliau juga pernah ikut acara jurnalis. Tapi tetap saja tidak bisa menulis. Beliau pernah di undang untuk menulis, tapi katanya hasilnya masih kaku, karena sifatnya hanya memindahkan dari buku cetak. Beliau merasa tidak bisa merangkai kata menjadi sebuah kalimat, apalagi kalimat yang indah dan mempunyai ruh atau inspiratif. 

Belaiu tidak pernah putus asa, ketika lagi bumingnya literasi di sekolah-sekolah, beliau memcoba masuk kedalamnya. Beliau memperhatikan peserta didik hanya dipinta membaca buku pada hari tertentu oleh pembina literasi. Beliaupun ikut membaca buku, kebetulan beliau suka membawa buku selain buku pelajaran. Dari situlah beliau tertarik untuk menulis, walaupun pernah menulis, tapi tidak pernah jadi. Beliau mencoba mencari wadah pelatihan menulis. Melalui Facebook, beliau mendapatkan informasi tentang pelatihan menulis di wisma UNJ. Di situlah beliau mengenal Bapak Namin, Om Jay, Om Dedi, dan lainnya hingga beliau sering ikut kegiatan bersama.

Pelatihan yang beliau ikuti sedikit banyak mengetahui cara menulis, terutama apa yang disampaikan oleh Om Jay." Tulis apa yang ada disekitar kita, tulis yang sederhana dahulu, tulis yang kamu bisa dan kuasai, serta mulailah menulis apa yang kamu alami dan rasakan" itulah sepenggal kalimat yang beliau pahami sampai sekarang. Tapi kalimat inspiratif yang menjadi kartu nama beliau"Menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi"  dan kemudian beliau membuat turunannya yaitu "Menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi".

Buku pertama akhirnya dapat diterbitkan. Kebahagiaan tak terkira pada saat itu, mempunyai kebanggaan tersendiri hingga teman-teman ingin memiliki buku pertama baliau yang berjudul "Mengejar Azan".  Namun,  untung tak dapat diraih dan malang tak dapat dihindari. Tetiba badai tornado menghantam tubuh yang ganteng dan kekar tersebut,  mengakibatkan lumpuh total tidak ada bisa bergerak bahkan napaspun tak bisa. Hanya tersisa mata, telinga, dan memori. Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un.. 

Selama 5 bulan di ruang ICU, 3 bulan di ruang HCU, 2 Minggu di ruang inap biasa. Pulang dalam kondisi lumpuh. Satu tahun badan tak bergerak, setelah satu tahun mulai ada gerakan tangan, butuh enam bulan tangan kiri bisa memegang wajah, lalu disusul tangan kanan. Jari tangan masih kaku dan tidak bisa menggenggam, untuk menekan remot saja tidak mampu. Suntuk itu pasti 1.5 tahun hanya berbaring. Tidak tahu perkembangan dunia luar seperti apa. 

Menulis Dikala Sakit

Suatu hari handphone istri beliau tertinggal dan berdering. Beliau mencoba minta asisten rumah tangga untuk mengambilnya dan meletakkan di atas dada beliau dan mencoba untuk menyentuh, Alhamdulillah, bisa terbuka. Dalam hati kecil beliau berkata ke mana ya, handphone miliknya, sudah 1,5 tahun lepas dari tangan.

Ketika istri pulang dari sekolah, beliau meminta HP nya dan sekaligus minta dibelikan kartu baru. Karena yang lama mati. Tak pikir panjang istri mencari HP dan membelikan kartu baru. Perasaan hidup kembali mulai tumbuh dalam jiwanya.

Beliau berusaha menggunakan HP walau tidak bisa menggenggam, cukup beli alat HP lalu disangkutkan pada jari jempol tangan kiri dan menulis menggunakan jari tengah. Bagus jari manis dan kelingking tertekuk hingga tidak menghalanginya untuk menulis. Karena jari tengah yang terpanjang, itulah maka beliau gunakan untuk mengetik.  Ternyata semua yang terjadi ada hikmahnya. maka harus disyukuri saja dan jangan mengeluh pasti Tuhan memiliki maksud dan rencana tertentu.

Mulailah melacak sosial media yang beliau miliki yaitu Facebook, cukup memakan waktu 3 hari baru bisa terlacak. Alhamdulillah, sejak saat itu beliau dapat memposting kondisinya, hingga banyak simpati dan empati berdatangan kepadnya.

Muncullah satu pertanyaan di dalam hatinya. Kenapa tidak menulis sesuatu yang bermanfaat untuk orang banyak?. Akhirnya beliau menulis apa yang pernah dibaca, dilihat, dan didengar. Beliau menyukai motivasi yang dapat menambah semangat hidup untuk lebih baik, maka beliau hampir setiap hari menulis artikel sederhana tentang motivasi hidup. Di samping juga menulis tentang apa yang sedang terjadi pada dirinya.

Respon positif  pun berdatangan, hingga banyak yang membaca bahkan selalu menunggu tulisan berikutnya. Beliau pun tambah semangat, sehingga tidak tidur sebelum ketemu bahan untuk ditulis besok. Setiap habis salat subuh hingga jam 7 beliau menulis. Menulis sambil rebahan di atas kasur. Setelah bisa duduk baru barulah menulis di atas kursi roda. Beliau menulis di mana saja. Terkadang di atas kasur, di luar rumah ketika menjemur badan, di mobil sambil menikmati macatnya arus lalulintas, di rumah sakit sambil nunggu panggilan dokter. Ya, pokoknya di mana saja ada di situlah beliau menulis. Bahkan ketika sedang terapi pun digunakannya waktu untuk menulis.

Suatu ketika di tengah perjalanan ada seorang sahabat (Om Jay) menghubungi beliau lewat WhatsApp dan vicol. Dia akhirnya mengajak untuk ikut pelatihan menulis. Walau dalam serba keterbatasan dan leher masih memakai alat trakeastomi dan hidung masih memakai NGT untuk selang makan. tetapi beliau bersemangat mengikuti pelatihan menulis. Jika beliau merasa lelah dan pusing beliau tidak mengikuti, tapi materinya disimpan diaplikasi catatan. Aplikasi catatan yang ada di HP itu tempat menulis setelah itu baru di share ke blog dan Facebook.

Menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi. Kalimat ini sebagai penyemangat yang dapat membangkitkan dan mengajak teman keluar dari zona nyaman. Walau terkadang dinyinyir beliau tetap maju pantang surut ke belakang. Karena beliau selalu teringat pesan Om Dedi "Ingat apa yang menurut kita bagus belum tentu orang lain menerima" artinya terus berjuang. 

Perjuangan beliau tidak sia-sia dan akhirnya teman beliau satu persatu mengikuti jejak menulus dan mereka sudah mempunyai karya bahkan murid beliau pun pun mengikuti dan sudah menghasilkan karya. Begitu juga teman-teman di medsos Banyak yang menulis karena terinspirasi dari beliau. Dari sinilah lahir buku demi buku secara estapet. Sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya. Kemustahilan versus realita berwujud keniscayaan. Kalau kita ingin belajar, belajar, dan belajar pasti kita bisa.

Lelah pasti ada apalagi dalam kondisi serba keterbatasan, memegang buku saja susah, begitu juga membuka buku. Dengan bantuan istri, anak, dan asisten rumah tangga, beliau bisa membaca buku untuk memperkaya tulisan. Menulis itu identik dengan membaca. Jangan berpikir menjadi penulis kalau malas baca.

Seiring berjalannya waktu beliau memcoba untuk membuka laptop walau jari-jari beliau masih terasa lemah untuk menekan huruf dan angka, tapi harus dipaksakan hingga tanpa sadar ternyata mengetik juga sebagai media terapi jari dan akhirnya jari-jari yang lemah menjadi kuat menekan tombol-tombol keyboard.

Tulisan yang sudah dibuat lalu dipindahkan ke blog dan Facebook melalui laptop. Tulisan-tulisan tersebut dikelompokkan sesuai tema yang diinginkan. Lalu diedit hingga menjadi sebuah buku. Untuk mempertajam tulisan beliau berguru kepada Pak Akbar Zaenudin penulis buku best seller Man Jadda wa Wajada. Maka jadilah sebuah buku motivasi. Beliau adalah seorang asli Betawi jadi novel yang beliau tulis bergaya bahasa Betawi

Ternyata menulis dikala sakit, banyak yang merespon positif dan inspiratif. Banyak teman guru baik di dunia nyata maupun maya yang melontarkan kalimat-kalimat sanjungan." Bapak merupakan motivtor saya" " bapak guru inspiratif" " saya malu pada diri saya bapak yang sakit saja bisa berkarya, sementara saya tidak". Itulah di antara kalimat yang terlontar dari para sahabat.

Kedatangan Yuotuber
 
Bukan saja mendapat sanjungan dari para sahabat medsos. Ternyata para yuotuber pun sampai datang berkunjung ke rumah dan berjumpa dengan beliau. Mereka melabelkan beliau sebagai guru motivator yang inspiratif.




Menjadi Narasumber

Siapa yang akan menyangka ada orang yang ngelirik beliau untuk diminta menjadi narasumber. Walau pernah terbersit dalam hati, suatu saat ingin menjadi narasumber. 

Pertama datang dari seorang sahabat , dia meminta untuk mengesi pada acara motivasi di grup guru ,tapi beliau menolak karena masih adanya keterbatasan dalam berbicara. Walau belum terlaksana, setidaknya dapat memberi motivasi kepada diri beliau. 

Kesempatan kedua datang dari Om Jay. Di dalam daftar narasumber tercantum nama beliau, tetapi terutulis Cang Ato bukan Suharto. Akhirnya beliau mengabaikannys, tetapi setelah mendekati waktunya baru beliau dihubungi oleh bunda Aam Nurhasanah. Tanpa pikir panjang beliau menyanggupi. Jadilah beliau mengisi pada pelatihan menulis gelombang 17. Eh, ternyata dipanggil lagi pada gelombang 18 ini. Ya, sudah kepercayaan seseorang jangan diabaikan. Kesempatan tidak datang dua kali.

Jangan takut untuk menulis, menulis saja. Jangan menunggu pintar baru menulis, menulis saja dahulu nanti pasti pintar. Awali menulis yang sederhana, yang  kita bisa dan yang kita kuasai. Mulailah dengan apa yang kita alami dan rasakan, itu lebih mudah. Untuk memperkaya tulisan kita, silahkan baca tulisan-tulisan orang lain.





Wassalamualaikum warahmatullohi wabarokatuh


Jumat, 18 Juni 2021

Resume ke-28

Tema:   Menulis Dikala Sakit

Narasumber : Suharto, S.Ag., M.Pd

Gelombang : 18 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

7 Kiat Menulis Cerita Fiksi

Teknik Jitu Memasarkan Buku

Tips Mengembangkan Tulisan Non Fiksi