7 Kiat Menulis Cerita Fiksi

Senin, 3 Mei 2021 adalah hari ketigabelasku mengikuti pelatihan belajar menulis yang diselengarakan oleh Komunitas Sejuta Guru Ngeblog - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Narasumber hebat yang memberi materi kali ini adalah seorang Sudomo, S.Pt. Beliau adalah Guru IPA SMP Negeri 3 Lingsar Lombok Barat. Banyak karya fiksi dan nonfiksi yang pernah dipublikasikan baik buku solo maupun buku antologi. Prestasi di bidang kepenulisanpun sudah banyak yang beliau raih mulai tahun 2007 sampai dengan 2020. Tema yang disampaikan pada pertemuan kali ini oleh Bapak Sudomo, S.Pt adalah Kiat Menulis Cerita Fiksi. Walaupun beliau seorang guru IPA tetapi beliau menekuni penulisan fiksi. Beliau adalah peserta pelatihan belajar menulis gelombang 16. Tetapi sebelumnya beliau sering mengikuti beberapa pelatihan menulis dan masuk dalam kumunitas penulis.

Ada satu pertanyaan "Mengapa kita harus belajar menuls cerita fiksi?. Padahal kita bukan guru bahasa Indonesia. Berikut adalah alasan kenapa kita harus belajar menulis cerita fiksi

1. Kebijakan baru menggantikan Ujian Nasional menjadi Asesmen Kompetensi Minimal (AKM), dimana salah satu aspek yang dinilai dalam AKM adalah literasi teks fiksi.  Ini adalah salah satu alasan utama kenapa seorang guru harus belajar menulis fiksi. Tujuannya adalah pada saat kita diminta membuat soal AKM maupun tugas AKM kepada siswa kita akan menjadi terbiasa dan mudah dalam menulis soal AKM literasi teks fiksi.

2. Sebagai cara menemukan passion dalam bidang kepenulisan. Dengan belajar menulis cerita fiksi kita akan mengenali diri kita dalam bidang kepenulisan. Apakah kita memiliki bakat untuk menulis cerita fiksi atau tidak.

3. Sebagai cara menyembunyikan dan menyembukhan luka diri. Kita bisa menyembunyikan dan menyembuhkna luka yang ada pada diri kita, jadi kita bisa menitipkan diri kita pada tokoh-tokoh dalam cerita fiksi yang kita buat tanpa orang lain mengetahui yang sebenarnya apa yang terjadi pada diri kita

4. Sebagai jalan mengekplorasi kemampuan menulis. Dengan belajar menulis cerita fiksi kita akan tahu sejauh mana kemampuan kita dalam menulis cerita fiksi.

Syarat menulis cerita fiksi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan syarat menulis cerita nonfiksi. Berikut adalah syarat supaya bisa menulis cerita fiksi

- Komitman dan niat yang kuat

- Kemauan dan kemampuan melakukan riset

- Banyak membaca cerita fiksi

- Mempelajari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI 

- Memahami dasar-sasar cerita fiksi

- Menjaga konsistensi menulis

Cerita fiksi banyak bentuknya

- Fiksi mini adalah karya fiksi yang sangat singkat. Pembatasan kata dan karakter sangat ditekankan tetapi tidak membatasi penyampaian makna

- Flash fiction hampir sama dengan fiksi mini tetapi lebih luas dan memiliki jumlah kata khusus misalnya, 50  kata, 100 kata atau yang lainnya.

- Pentigraf adalah cerpen tiga paragraf. Tidak ada batasan jumlah kata tetapi pembatannya pada jumlah paragraf yaitu tiga paargrf

- Cerpen atau cerita pendek hanya berfokus pada satu konflik yang dialami oleh tokoh dan jumlah kata pada cepen kurang dari 7.500 kata 

- Novelet  alur ceritanya lebih panjang dari cerpen tetapi tidak terlalu komplek dan jumlah kata pada novelet sebanyak 7.500 sampai 17.500 kata

- Noveela alur ceritanya lebih panjang dan lebih komplek dari Novelet dan jumlah kata pada novela sebanyak 17.500  sampai 40,000 kata. 

- Novel memiliki alur certia yang komplek, latar yang luas, penokohan detail, dan jumlah kata pada novela lebih dari 40,000 kata.

Bagi guru bahasa Indonesia unsur-unsur dalam penulisan cerita fiksi bukan hal asing lagi, tetapi bagi guru mata pelajaran lain harus dipahami untuk mempermudah dalam menulis cerita fiksi.


 Diagram unsur cerita fiksi

Jika memperhatikan gambar di atas ada beberapa unsur dalam cerita fiksi yang saling terkait untuk membentuk cerita fiksi yaitu tema, premis, alur/plot, penokohan, latar/setting, dan sudut pandang.

Setelah kita mengetahui syarat cerita fiksi, bentuk cerita fiksi, dan unsur cerita fiksi langkah selanjutnya adalah menulis cerita fiksi. Berikut adalah 7 kiat supaya kita bisa menulis cerita fiksi  


1. Niat 
Niat adalah keinginan dalam hati yang dapat memotivasi untuk menulis dan menyelesaian tulisan. Niat juga harus diiringi dengan tujuan, tanggung jawab, dan target pencapaian

2. Banyak Baca
Seorang penulis harus banyak membaca karena membaca adalah upaya menemukan bahan belajar atau referensi, berupa ide, pemilihan kata, serta gaya dan teknik penulisan. Mustahil untuk menjadi penulis jika yang tidak pernah membaca.

3. Menentukan Ide/Genre
Tema atau ide pokok cerita yang mendadak muncul pada pikiran kita harus segera dicatat, kemudian dikembangkan dengan imajinasi. Pemilihan ide disesuaikan dengan yang kita sukai dan kita kuasai.  Tips menentukan ide cerita bisa berasal dari yang ada di sekitar kita atau yang dekat dengan kita, dari pengalaman pribadi, atau dari orang-orang yang menjadi tauladan yang menarik perhatian kita, bahan mudah diperoleh, dan ruang lingkup yang terbatas.  

4. Membuat Outline
Outline atau kerangka/ alur bab per bab sebagai struktur buku yang akan menjadi daftar isi disusun berdasarkan hal-hal berikut 
- berisi unsur-unsur pembangunan cerita fiksi yang sudah dijelaskan sebelumnya. 
- kerangka dibuat agar pembaca mengerti tema dan lingkup cerita fiksi kita
- premis  atau ringkasan certia yang ditentukan harus sesuai tema. Prems berisi karakter, tujuan tokoh, rintangan dan resolusi yang disusun menjadi satu kalimat utuh
- uraian alur atau plot disusun berdasarkan berdasarkan unsur-unsur alur yang berisi pengenalan cerita, awal konflik, menuju konflik, memuncak/klimak, penyelesaan/ending
- penokohan yang kuat ditentukan berdasarkan jenis dan teknik  penggambaran suatu watak tokoh yang baik
- latar dan setting menunjukan sisi eksotis dan detail
- sudut pandang cerita memiliki keunikan

5. Menulis
Keterampilam seorang penulis dalam menulis cerita fiksi sangat dibutuhkan supaya penbaca dapat menikmati alur cerita yang disajikan oleh penulis. Berikut adalah yang harus diperhatikan dalam menulis cerita fiksi
- Cerita dibuka dengan dialog, kutipan kata unik, dan konflik
- Memaparkan secara jelas kepada pembaca tentang pengenalan tokoh dan latar belakang dengan baik
- Menguatkan sisi konflik internal dan eksteral tokoh
- Menggunakan pertimbangan logis agar tidak cacat logika dan memperkuat imajinasi
- Susunan kalimat pendek dan jelas
- Kata diksi dapat digunakan untuk memperkuat tulisan
- Membuat ending yang baik

6. Swasunting
Mengedit naskah dilakukan setelah selesai menulis, jadi jangan menulis sambil mengedit. Mengedit difokuskan pada kesalahan pengetikan, pemakaian kata baku dan istilah, ejaan, dan logika cerita.

7. Publikasi
Naskah yang akan dipublikasikan harus dipastikan dalam kondisi yang terbaik sebelum di bawa ke penerbit. Penulis bisa memilih penerbit yang sesuai  baik itu penerbit mayor atau penerbit indie.
 
Jadi jangan berfikir dua kali untuk menulis cerita fiksi dan tetap belajar terus agar seterusnya menjadi pembelajar


Senin, 3 Mei 2021

Resume ke-13

Tema: Kiat Menulis Cerita Fiksi

Narasumber : Sudomo, S.Pt

Gelombang : 18




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teknik Jitu Memasarkan Buku

Tips Mengembangkan Tulisan Non Fiksi