Miliki Mental dan Naluri untuk Menjadi Penulis
Jumat, 23 April 2021 adalah hari kesembilanku mengikuti pelatihan belajar menulis yang diselengarakan oleh Komunitas Sejuta Guru Ngeblog - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Narasumber hebat yang memberi materi kali ini adalah seorang Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr. Beliau adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Beliau aktif di MGMP, sebagai penulis dan juga aktif di bidang literasi. Prestasi yang beliau raih pasti berkat semangat dan kegigihan untuk menulis dan terus menulis.
Tema yang disampaikan pada pertemuan kali ini adalah Mental dan Naluri Penulis
Ibarat jiwa dan raga. Teknik menulis adalah raga dan mental adalah jiwa seorang penulis yang tak bisa dipisahkan.Teknik menulis dan mental penulis, keduanya harus ada agar penulis dan tulisannya bisa "hidup". Teknik menulis yang dimaksud mencakup kemampuan seseorang dalam menulis. Mulai dari pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline, pemahaman mengenai gagasan utama, berbagai jenis tulisan, serta pengetahuan lain yang bersifat teknis. Sedangkan mental penulis merujuk pada kondisi psikologis atau batin si penulis itu sendiri.
Dari hasil analisis narasumber, ada 4 Tipe Penulis, yang merupakan keseimbangan antara teknik dan mental penulis yaitu :
1. Dying writer
Tipe pertama adalah Dying Writer atau penulis yang sekarat. Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis. Seolah hidup segan mati tak mau. Misalnya ikut pelatihan menulis setengah hati (lemah mental) dan tidak berkarya membuat tulisan (yang bisa jadi karena lemah teknik, tidak tahu bagaimana harus menulis, mendapatkan ide, dsb). Tipe ini bukan berarti tak mampu membuat tulisan. Hanya saja, diperlukan upaya ekstra agar orang-orang ini "mau" hidup sehat kembali untuk menulis. Ibaratnya menjadi penulis masih sekedar angan-angan tanpa aksi nyata.
2. Dead man
Tipe kedua adalah Dead Man. Sesuai namanya, tulisan dari kategori ini "mati". Tidak diketahui keberadaannya. Terkubur di folder laptop. Terbungkus lembaran diary. Atau notes yang ada di hp. Belum terpublish. Tekniknya ada (sudah mampu menulis), hanya mentalnya masih lemah (malu, takut dikritik dsb) sehingga tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau artikel. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah
3. Sick people
Tipe ketiga adalah Sick People. Orang-orang dalam kelompok ini adalah yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya. Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya. Misal typo, penggunaan kata yang sama berulang kali, paragraf yang terlalu panjang, dsb. Obat bagi kategori ini tentu saja terus menulis. Tingkatkan jam terbang dalam menulis. Insya Allah dengan sendirinya akan sembuh. Semakin banyak menulis, semakin banyak review, semakin banyak baca, sehingga bisa meminimalkan kesalahan dalam penulisan karya.
4. Alive
Kategori terbaik, yaitu Alive, tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Orang-orang dalam kelompok ini sudah bisa dikatakan "ahli" menulis (kuat teknik) serta kuat mentalnya. Ciri yang paling kentara dari kelompok ini tentu saja seperti juara lomba menulis, bukunya tembus di jurnal nasional, di media massa, dsb. Kelompok Alive ini termasuk kategori pembelajar sejati. Selalu berproses. Mampu hadapi tantangan menulis (meski puasa tetep nulis, walau sibuk menyempatkan untuk menulis.
Bagaimana cara menjadi tipe penulis ALIVE?
1. Terus aktif menulis dan pupuk mental penulisnya.
Teknik menulis akan membaik jika kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus melatih diri mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca oleh orang lain. Jika mau jadi penulis hebat, kita harus mau meningkatkan teknik dan mental menulis kita.
2, Memiliki naluri penulis
Naluri adalah dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir; pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat sesuatu, insting, perbuatan atau reaksi yang sangat majemuk dan tidak dipelajari yang dipakai untuk mempertahankan hidup, terdapat pada semua jenis makhluk hidup;
Penulis sejati berangkat dari keresahannya. Membuatnya berbuat melalui "tulisan". Ia mengubah dunia dengan tulisan. Mengubah orang-orang melalui goresan tintanya. Orang yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan.
Untuk mengasah naluri penulis, caranya kenali diri anda dan lingkungan anda, lalu buatlah karya berupa tulisan
"Menulis dan teruslah untuk menulis. Karena tulisanmu sesungguhnya adalah bentuk asahan dari nalurimu!" (Imam Chumedi, kompasianer)
Jumat, 23 April 2021
Resume 9
Tema: Mental dan Naluri Penulis
Narasumber : Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr
Gelombang : 18
Komentar
Posting Komentar